Mengapa
Harus PUASA Senin dan Kamis??
Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari
Senin, beliau menjawab, “Ia adalah hari kelahiran-Ku, hari aku di utus, dan
hari diturunkan Al-Quran pada-Ku.”
(HR. Muslim)
Segala
pujian dan kesyukuran ditujukan semata-mata hanya kepada Alloh SWT. Dengan
kasih dan sayang-Nya, Dia mengutus manusia-manusia pilihan ke muka bumi ini,
untuk mengajarkan umat manusia bagaimana supaya bisa membuktikan rasa
kesyukuran atas segala anugrah yang telah diberikan-Nya itu.
Salawat
dan Salam kepada salah satu manusia pilihan, Muhammad SAW, yang menjadi figur
spiritual dan sosial bagi umat manusia. Satu-satunya figur manusia pilihan yang
memiliki keistimewaan di antara seluruh umat manusia, karena segala “wejangan”
(aqwal), “aksi” (af’al), dan “sikap-sikap keabstainannya” (taqrirat) menjadi
panutan oleh siapa pun, kapan pun dan dimana pun di penjuru bumi ini.
Banyak
sekali amalan-amalan yang bisa menjadi panutan dari “manusia pilihan”
(al-mustafa) yang satu ini, baik itu dari amalan spiritual maupun sosial. Di
antara amalan spiritula itu adalah puasa sunah yaitu puasa senin dan kamis.
Yaitu jenis puasa yang sering diamalkan oleh Muhammad SAW, para sahabat-Nya dan
tentunya menjadi tradisi bagi umat-Nya.
PENDAHULUAN
Puasa
menurut bahasa artinya “menahan”. Dalam bahasa Arab, kata puasa digunakan sebagai terjemahan dari ash-shisyaam dan ash-shaum.
Di dalam Al-Quran, kedua kata ini ditemukan secara bergantian sebanyak delapan
kali. Dalam istilah keagamaan, puasa artinya adalah upaya menahan dari makan,
minum, hubungan suami istri, dan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa
mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam matahari, dengan niat
ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
Puasa
adalah salah satu bagian dari fondasi keislaman seseorang. Persisnya seperti
pada sabda Nabi Muhammad SAW d bawah ini,
“Islam itu dikonstruksi dengan lima fondasi: kesaksian bahwa
tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah hamba dan utusannya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan ibadah haji ke Baitullah”.
(HR Muslim dari Abdullah bin Umar).
Puasa
yang diwajibkan dalam Islam berdasarkan hadist di atas adalah puasa Ramadhan.
Oleh karena itu, puasa Ramadhan masuk ke dalam ketegori puasa wajib. Adapun
puasa sunah atau puasa tathawwu’ banyak juga ragamnya, seperti puasa enam hari
pada bulan Syawal, puasa tanggal sembilan Zulhijjah atau puasa Arafah, puasa
Asyura (tanggal sepuluh Muharram), puasa di bulan Sya’ban, puasa tiga hari pada
setiap bulan Qamariyah, puasa Daud, dan puasa Senin Kamis. Puasa sunah yang
disebutkan terakhir ini, dikenal sebagai puasa yang sangat populer dilakukan
umat Islam. Bahkan Nabi selalu menunggu-nunggu kehadiran hari Senin dan kamis,
untuk melaksanakan puasa. Hal ini sebagaimana dalam sebuah riwayat,
“Rasulullah SAW sering berpuasa pada setiap bulannya (minggu
pertama) pada hari kamis dan hari Senin. Pada minggu kedua berpuasa hari Senin.
(HR An-Nasa’i dari Hafsah ra,
Hadist hasan).
BAGIAN PERTAMA
Mengenal Arti Puasa
Arti Puasa
Kata
puasa yang kita kenal dalam bahasa Indonesia ini berasal dari bahasa Sansakerta
“upawasa”, yang berarti cara atau metode untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Menurut kamus bahasa Indonesia, puasa artinya menghindari makan, minum, dan
sebagainya dengan sengaja (terutama bertalian dengan keagamaan).
Kata
puasa dengan segala bentuknya dalam bahasa Arab disebut 13 kali dalam Al-Quran.
Kata yang paling sering digunakan sebagai padanan puasa adalah kata shiam dan hanya disebut satu kali dengan
kata shaum. Meskipun demikian, kata
shaum mengandung makna lebih daripada kata shiam. Kata shiam hanya berarti
berpuasa dengan menahan diri untuk tidak makan, minum, dan bergaul dengan
istri/suami sejak fajar sampai terbenam matahari. Sementara itu, shaum tidak
hanya seperti yang disebutkan di atas, tetapi juga harus mencegah bicara,
mendengar, melihat, dan bahkan pikiran dari hal-hal yang dapat merusak ibadah
puasa. Menurut Al-Ghazali, inilah bentuk puasa yang sesungguhnya yang akan
menghantarkan manusia kepada derajat takwa (A. Khudori Soleh).
Sebaliknya, praktik puasa sudah
berlangsung sejak lama. Bahkan, bukan hanya dipraktikan oleh manusia, tetapi
juga binatang dan tumbuh-tumbuhan melakukan puasa demi melangsungkan hidupnya.
Selama mengerami telur ayam harus berpuasa, ular berpuasa untuk menjaga
struktur kulitnya agar tetap keras, terlindung dari sengatan matahari dan
terlindung dari duri hingga ia tetap mampu melata di permukaan bumi. Ulat-ulat
pemakan daun juga berpuasa agar dapat menjadi kupu-kupu dan menyerbukan
bunga-bunga.
Menurut Encyclopedia of Religion,
bangsa-bangsa berkebudayaan tinggi dan kuno sebelum masehi seperti bangsa Roma,
Yunani, Mesir Purba, Natches di Amerika Tengah, dan Cina berpuasa untuk memuja
roh nenek moyang, membersihkan dosa dan persiapan menjadi pemimpin atau ketua
agama. Sementara itu, orang Roma berpuasa terutama jika diserang musuh untuk
memperoleh kemenangan. Mereka percaya puasa akan menguatkan karena mengajarkan
kesabaran dan ketahanan. Dua nilai yang diperlukan untuk kejayaan dalam
perjuangan melawan musuh yang nyata dan nafsu yang tidak nyata. Suku Indian di
Amerika Utara berpuasa sebelum atau sedang dalam ikhtiar untuk mendapatkan
visi. Adat Mesir, Babylon purba dan beberapa suku di Peru sebelum zaman
Columbus menganggap puasa sebagai satu cara untuk menebus dosa serta untuk
menunjukkan kesedihan atau kesalahan yang telah dilakukan.
Dalam perspektif Islam, disebutkan
bahwa puasa sudah diwajibkan kepada semua umat sejak dulu, Allah SWT berfirman:
183. “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa”. (QS.
Al-Baqarah (2);183).
BAGIAN KEDUA
Senin dan Kamis Hari-hari yang Teristimewa
Begitu
istimewanya persoalan waktu atau masa dalam agama Islam. Sehingga Allah sendiri
menegaskan akan pentingnya beberapa macam ajaran-ajaran-Nya “Via” kitab suci Al-Quran dengan menggunakan
pernyataan-pernyataan yang mengandung sumpah. Salah satu objek sumpah yang
digunakan-Nya adalah waktu atau masa itu. “masa” atau “waktu” yang digunakan
untuk bersumpahpun beragam bentuknya. Mulai dari hari sampai kurun waktu
tertentu tidak luput dari objek sumpah Allah SWT. “Hari” yang digunakan
bersumpah pun masih bisa dibagi-bagi lagi, ada yang pagi, siang, sore dan
malam.
Kata
sore misalnya, menurut sebagian orang ada yang memahami bahwa Allah SWT pernah
bersumpah dengan waktu sore ini didasarkan firman Allah SWT pada surat
Al-‘Ashr, ayat 1:
1. demi
masa.
Karena, hal ini dikaitkan dengan shalat Ashar dan
segala keutamaannya dari beberapa ayat Al-Quran.
As-Suyuthi
dalam Al-Itqaan bahwa diantara rahasia mengapa Allah bersumpah dengan
makhluk-Nya salah satunya adalah untuk menunjukkan betapa besarnya manfaat
makhluk yang disebutkan itu bagi kehidupan manusia. Jikalau hal ini dikaitkan
dengan pemahaman yang mengatakan bahwa maksud dari ayat pertama surat Al-‘Ashr
adalh masa kehidupan manusia. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa hari-hari
Nabi SAW tentunya sarat dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bukan hanya
bagi diri Nabi pribadi, tetapi juga bagi umat yang menjadikannya sebagai figur
dalam kehidupan mereka.
Kehidupan
Nabi SAW tentu tidak luput dari perguliran dan pertukaran tujuh hari dalam
seminggu. Namun yang pasti, ada satu amalan sunah yang mengacu pada nami hari
yaitu hari Senin dan Kamis. Dalam beberapa Hadist disebutkan, bahwa Nabi SAW
melakukan puasa sunnah pada dua hari ini, diantaranya adalah:
“Rasulullah SAW selalu
menunggu-nunggu saat berpuasa pada hari senin dan kamis”. (HR. Ahmad dari Aisyah ra, Hadist sahih).
Ada kesan bahwa Nabi SAW seolah-olah (tentu dengan
petunjuk Allah) telah memilih dua hari ini untuk selalu berpuasa sunah, dan itu
tentu bukanlah pilihan yang asal-asalan. Dengan kata lain, tentu ada hikmah
yang bisa ditemukan dibalik pemilihan Nabi SAW akan kedua hari ini. Berikut ini
ada beberapa hal penting setidaknya dianggap menjadi hikmah, mengapa hari Senin
dan kamis dipilih sebagai hari berpuasa oleh Nabi Muhammad SAW.
Hari Lahir dan Wafatnya Kekasih Allah, Muhammad SAW
Hari senin atau hari kedua dalam bulan
Qamaryah ini, kalau dikaitkan dengan kejadian-kejadian yang berhubungan
langsung dengan Nabi Muhammad SAW mugnkin momen yang bersejarah bagi baliau
pastilah dikaitkan dengan masa kelahiran beliau. Dalam beberapa riwayat
disebutkan,
Nabi SAW pernah ditanya tentang puasa Senin, Beliau
bersabda,
“itu adalah hari aku dilahirkan, diangkat menjadi Nabi, dan diturunkannya
kepadaku Al-Quran (pertama kali)”. (HR
Muslim dari Abu Qatadah Al-Anshari).
(Abu Qatadah) bertanya, “Wahai Rasulullah, apa
pendapatmu tentang puasa Senin dan Kamis?” Rasulullah bersabda, “pada hari itu
Aku dilahirkan dan Al-Quran diturunkan kepadaku (pertama kali).” (HR Abu Daud dari Abu Qatadah, Hadist
sahih).
(Ibnu Abbas) berkata, “Nabi SAW dilahirkan pada hari Senin,
diangkat menjadi Nabi pada hari Senin, melaksanakan hijrah dari Mekah ke
Madinah pada hari Senin, sampai di Madinah pada hari Senin, Hajar Aswad
diangkat kembali ketempaynya pada hari Senin juga.” (HR Ahmad dan Ibnu Abbas).
Hari
Pelaporan Amal Ibadah
Diantara
hikmah pemilihan hari Senin dan Kamis sebagai hari berpuasa sunah adalah
berkaitan dengan masa “penyetoran” atau “pemeriksaan” amal manusia ke hadirat
Allah SWT. Sebagaimana yang terungkap dalam beberapa riwayat yang maqbul
(diterima) berikut ini, Rasulullah SAW bersabda,
“Amal-amal perbuatan manusia dilaporkan dua kali dalam
seminggu, yaitu hari Senin dan Kamis. Setiap orang yang beriman akan dapat
ampunan Allah, kecuali orang yang diantara dirinya dan saudaranya ada
perselisihan. Dikatakan, ‘Akhirkanlah (ampunan bagi) keduanya, sampai mereka
berdamai’”. (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Dalam
sabda Rasulullah yang lain disebutkan,
“Amal-amal perbuatan manusia dilaporkan pada hari Senin dan
Kamis. Aku senang kalau amalanku dilaporkan pada saat berpuasa”. (HR At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, hadist
hasan gharib)
Sudah
maklum jika dikatakan bahwa tujuan akhir puasa sebagai mana dalam Al-Quran
adalah takwa,
183. Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah 183)
Hari Pembukaan Pintu Gerbang Surga
“Pintu-pintu surga akan
dibukakan pada hari Senin dan Kamis. Semua hamba yang tidak melakukan syirik
akan diampuni oleh Allah, kecuali ada orang yang memiliki rasa permusuhan
dengan saudaranya. Dikatakan kepadanya, ‘tunda dulu ampunan bagi dua orang yang
berselisih ini sampai keduanya berdamai, ‘tunda dulu ampunan bagi dua orang
yang berselisih ini sampai keduanya berdamai, ‘tunda dulu ampunan bagi dua
orang yang berselisih ini sampai keduanya berdamai’”. (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Hadist ini menunjukkan bahwa pintu-pintu
surga dibukakan pada hari Senin dan Kamis. Hari Senin dan Kamis adalah dua hari
dalam seminggu, bisa diperkirakan bahwa dalam satu bulan dua hari ini berjumlah
masing-masing empat kali. Dalam perhitungan tahunnya, lebih kurang empat puluh
empat kali peluang pintu-pintu Surga dibukakan oleh Allah bagi yang berpuasa
Senin dan Kamis. Tentu dengan pengecualian bulan Ramadhan, karena sepanjang
hari mulai Senin sampai dengan Minggu selama satu bulan penuh pintu-pintu Surga
juga dibukakan, Nabi SAW bersabda:
“Jika bulan Ramadhan
telah tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan
dibelenggu”. (HR Al-Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairah ra)
Hari Yang Diberkahi Allah SWT
Hari Senin dan Kamis juga merupakan
hari0hari yang dikenang dalam sejarah sebagai penuh berkah. Berkah umat Islam
secara keseluruhan, maupun secara individual. Keberkahan yang diperoleh secara
keseluruhan diantranya kesuksesan hijrah Nabi SAW ke Madinah Munawwarah bersam
kaum Muslimin yang terjadi pada hari Senin, tepatnya pada tanggal 24 September
622 M, atau 14 Rabiul Awal dalam perhitungan bulan Qamariyah.
Peristiwa lain yang menjadi bukti
keberkahan yang dirasakan oleh uma Islam pada hari Senin adalah Perang Badar.
Perang ini terjadi tepatnya pada hari Senin di bulan Ramadhan 624 M. Keberkahan
yang dirasakan oleh umat Islam saat itu adalah dengan pertolongan yang
diberikan Allah dengan mengutus para Malaikat-Nya, untuk ikut menggetarkan
musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Kisah tentang pertolongan Allah terhadap
pejuang-pejuang Badar ini diabadikan dalam Al-Quran:
123. sungguh Allah telah menolong kamu dalam
peperangan Badar, Padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah.
karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.
124. (ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin:
"Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu
Malaikat yang diturunkan (dari langit)?"
125. Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka
datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu
dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.
126. dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan
sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya.
dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Adapun
keberkahan yang diperoleh secara Individual, diantaranya adalah seperti:
-
-Berkah Nabi SAW sendiri, ketikan
terkabulnya doa dan permohonan beliau setelah 3 hari, yang dimulai pada hari
Senin.
“Nabi SAW berdoa (minta pertolongan kepada Allah) tiga kali
di dalam Mesjid Al-Fath, yaitu pada hari Senin, Selasa, Rabu. Doa beliau baru
terkabul saat antara dua Shalat pada hri Rabu. Hal ini diketahui dari keceriaan
yang ada di wajah beliau. Jabir berkata, ‘tiada satu hal pun yang sulit bagiku,
kecuali aku mencoba untul berdoa saat itu juga, dan akhirnya aku pun tahu
diijabahnya doa tersebut’”. (HR Ahmad
dari Abdullah bin Jabir ra, hadist hasan).
-
-Berkah keselamatan kepada Nabi SAW dan
Abu Bakar dari ancaman pembunuhan, ketika keduanya bisa keluar dengan aman dari
Mekah untuk melaksanakan Hijrah. Demikian juga ketika berda di Gua Tsur, dan
bisa keluar dari Guauntuk menlanjutkan perjalanan ke Madinah bertepatan pada
hari Senin.
-
Berkah “hidayah” yang diperoleh Umar Bin
Khathab, sehingga beliau memeluk agama Islam pada hari Senin.
-
-Berkah bagi salah seorang sahabat Nabi
SAW, karena mendapat pengajaran dari Nabi pada hari Senin tentang solusi dari
satu persoalan “domestik” suami istri.
-
-Hari Senin dan Kamis adalah hari
diciptakannya pepohonanan makhluk melata.
Rasulullah
bersabda,
“Allah Azza wa jalla menciptakan tanah pada hari Sabtu,
gunung-gunung pada hari Ahad, pepohonan hari Senin, kandungan bumi hari Selasa,
cahaya hari Rabu, dihamparkan bintang-bintang hari Kamis, dan terakhir menjadikan
Adam as setalah waktu sore dan akhir perhitungan waktu antara sore sampai malam
di hari Jumat”. (HR Muslim dari Abu
Hurairah)
- -
Abu Bakar berharap hari Senin hari
terakhir baginya, seperti hal nya Nabi SAW,
(Aisyah ra) berkata: “Sesungguhnya Abu Bakar tatkala sudah
mendekati ajalnya, berkata: ‘ini hari apa? ‘para sahabat menjawab, ‘Hari Senin’.
‘Jika aku meninggal pada malam ini, jangan menunggu untuk dikubur besok. Aku
lebih suka kalau hari-hari dan malam-malam trakhir ku lebih mendekati hari-hari
dan malam-malam terakhirnya Rasulullah SAW, ‘kata Abu Bakar”. (HR Ahmad dari Aisyah ra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar