Selasa, 27 Maret 2012

Mengapa Harus PUASA Senin dan Kamis??

Mengapa Harus PUASA Senin dan Kamis??

Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari Senin, beliau menjawab, “Ia adalah hari kelahiran-Ku, hari aku di utus, dan hari diturunkan Al-Quran pada-Ku.”
(HR. Muslim)

Segala pujian dan kesyukuran ditujukan semata-mata hanya kepada Alloh SWT. Dengan kasih dan sayang-Nya, Dia mengutus manusia-manusia pilihan ke muka bumi ini, untuk mengajarkan umat manusia bagaimana supaya bisa membuktikan rasa kesyukuran atas segala anugrah yang telah diberikan-Nya itu.
Salawat dan Salam kepada salah satu manusia pilihan, Muhammad SAW, yang menjadi figur spiritual dan sosial bagi umat manusia. Satu-satunya figur manusia pilihan yang memiliki keistimewaan di antara seluruh umat manusia, karena segala “wejangan” (aqwal), “aksi” (af’al), dan “sikap-sikap keabstainannya” (taqrirat) menjadi panutan oleh siapa pun, kapan pun dan dimana pun di penjuru bumi ini.
Banyak sekali amalan-amalan yang bisa menjadi panutan dari “manusia pilihan” (al-mustafa) yang satu ini, baik itu dari amalan spiritual maupun sosial. Di antara amalan spiritula itu adalah puasa sunah yaitu puasa senin dan kamis. Yaitu jenis puasa yang sering diamalkan oleh Muhammad SAW, para sahabat-Nya dan tentunya menjadi tradisi bagi umat-Nya.

PENDAHULUAN
Puasa menurut bahasa artinya “menahan”. Dalam bahasa Arab, kata puasa digunakan sebagai terjemahan dari ash-shisyaam dan ash-shaum. Di dalam Al-Quran, kedua kata ini ditemukan secara bergantian sebanyak delapan kali. Dalam istilah keagamaan, puasa artinya adalah upaya menahan dari makan, minum, hubungan suami istri, dan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam matahari, dengan niat ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
Puasa adalah salah satu bagian dari fondasi keislaman seseorang. Persisnya seperti pada sabda Nabi Muhammad SAW d bawah ini,
“Islam itu dikonstruksi dengan lima fondasi: kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah hamba dan utusannya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan ibadah haji ke Baitullah”. (HR Muslim dari Abdullah bin Umar).
Puasa yang diwajibkan dalam Islam berdasarkan hadist di atas adalah puasa Ramadhan. Oleh karena itu, puasa Ramadhan masuk ke dalam ketegori puasa wajib. Adapun puasa sunah atau puasa tathawwu’ banyak juga ragamnya, seperti puasa enam hari pada bulan Syawal, puasa tanggal sembilan Zulhijjah atau puasa Arafah, puasa Asyura (tanggal sepuluh Muharram), puasa di bulan Sya’ban, puasa tiga hari pada setiap bulan Qamariyah, puasa Daud, dan puasa Senin Kamis. Puasa sunah yang disebutkan terakhir ini, dikenal sebagai puasa yang sangat populer dilakukan umat Islam. Bahkan Nabi selalu menunggu-nunggu kehadiran hari Senin dan kamis, untuk melaksanakan puasa. Hal ini sebagaimana dalam sebuah riwayat,
“Rasulullah SAW sering berpuasa pada setiap bulannya (minggu pertama) pada hari kamis dan hari Senin. Pada minggu kedua berpuasa hari Senin.
(HR An-Nasa’i dari Hafsah ra, Hadist hasan).



BAGIAN PERTAMA
Mengenal Arti Puasa
Arti Puasa
Kata puasa yang kita kenal dalam bahasa Indonesia ini berasal dari bahasa Sansakerta “upawasa”, yang berarti cara atau metode untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Menurut kamus bahasa Indonesia, puasa artinya menghindari makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja (terutama bertalian dengan keagamaan).
Kata puasa dengan segala bentuknya dalam bahasa Arab disebut 13 kali dalam Al-Quran. Kata yang paling sering digunakan sebagai padanan puasa adalah kata shiam dan hanya disebut satu kali dengan kata shaum. Meskipun demikian, kata shaum mengandung makna lebih daripada kata shiam. Kata shiam hanya berarti berpuasa dengan menahan diri untuk tidak makan, minum, dan bergaul dengan istri/suami sejak fajar sampai terbenam matahari. Sementara itu, shaum tidak hanya seperti yang disebutkan di atas, tetapi juga harus mencegah bicara, mendengar, melihat, dan bahkan pikiran dari hal-hal yang dapat merusak ibadah puasa. Menurut Al-Ghazali, inilah bentuk puasa yang sesungguhnya yang akan menghantarkan manusia kepada derajat takwa (A. Khudori Soleh).
            Sebaliknya, praktik puasa sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, bukan hanya dipraktikan oleh manusia, tetapi juga binatang dan tumbuh-tumbuhan melakukan puasa demi melangsungkan hidupnya. Selama mengerami telur ayam harus berpuasa, ular berpuasa untuk menjaga struktur kulitnya agar tetap keras, terlindung dari sengatan matahari dan terlindung dari duri hingga ia tetap mampu melata di permukaan bumi. Ulat-ulat pemakan daun juga berpuasa agar dapat menjadi kupu-kupu dan menyerbukan bunga-bunga.
            Menurut Encyclopedia of Religion, bangsa-bangsa berkebudayaan tinggi dan kuno sebelum masehi seperti bangsa Roma, Yunani, Mesir Purba, Natches di Amerika Tengah, dan Cina berpuasa untuk memuja roh nenek moyang, membersihkan dosa dan persiapan menjadi pemimpin atau ketua agama. Sementara itu, orang Roma berpuasa terutama jika diserang musuh untuk memperoleh kemenangan. Mereka percaya puasa akan menguatkan karena mengajarkan kesabaran dan ketahanan. Dua nilai yang diperlukan untuk kejayaan dalam perjuangan melawan musuh yang nyata dan nafsu yang tidak nyata. Suku Indian di Amerika Utara berpuasa sebelum atau sedang dalam ikhtiar untuk mendapatkan visi. Adat Mesir, Babylon purba dan beberapa suku di Peru sebelum zaman Columbus menganggap puasa sebagai satu cara untuk menebus dosa serta untuk menunjukkan kesedihan atau kesalahan yang telah dilakukan.
            Dalam perspektif Islam, disebutkan bahwa puasa sudah diwajibkan kepada semua umat sejak dulu, Allah SWT berfirman:
  183. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah (2);183).


BAGIAN KEDUA
Senin dan Kamis Hari-hari yang Teristimewa
Begitu istimewanya persoalan waktu atau masa dalam agama Islam. Sehingga Allah sendiri menegaskan akan pentingnya beberapa macam ajaran-ajaran-Nya  “Via” kitab suci Al-Quran dengan menggunakan pernyataan-pernyataan yang mengandung sumpah. Salah satu objek sumpah yang digunakan-Nya adalah waktu atau masa itu. “masa” atau “waktu” yang digunakan untuk bersumpahpun beragam bentuknya. Mulai dari hari sampai kurun waktu tertentu tidak luput dari objek sumpah Allah SWT. “Hari” yang digunakan bersumpah pun masih bisa dibagi-bagi lagi, ada yang pagi, siang, sore dan malam.
                Kata sore misalnya, menurut sebagian orang ada yang memahami bahwa Allah SWT pernah bersumpah dengan waktu sore ini didasarkan firman Allah SWT pada surat Al-‘Ashr, ayat 1:
1. demi masa.
Karena, hal ini dikaitkan dengan shalat Ashar dan segala keutamaannya dari beberapa ayat Al-Quran.
            As-Suyuthi dalam Al-Itqaan bahwa diantara rahasia mengapa Allah bersumpah dengan makhluk-Nya salah satunya adalah untuk menunjukkan betapa besarnya manfaat makhluk yang disebutkan itu bagi kehidupan manusia. Jikalau hal ini dikaitkan dengan pemahaman yang mengatakan bahwa maksud dari ayat pertama surat Al-‘Ashr adalh masa kehidupan manusia. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa hari-hari Nabi SAW tentunya sarat dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bukan hanya bagi diri Nabi pribadi, tetapi juga bagi umat yang menjadikannya sebagai figur dalam kehidupan mereka.
            Kehidupan Nabi SAW tentu tidak luput dari perguliran dan pertukaran tujuh hari dalam seminggu. Namun yang pasti, ada satu amalan sunah yang mengacu pada nami hari yaitu hari Senin dan Kamis. Dalam beberapa Hadist disebutkan, bahwa Nabi SAW melakukan puasa sunnah pada dua hari ini, diantaranya adalah:
“Rasulullah SAW selalu menunggu-nunggu saat berpuasa pada hari senin dan kamis”. (HR. Ahmad dari Aisyah ra, Hadist sahih).
Ada kesan bahwa Nabi SAW seolah-olah (tentu dengan petunjuk Allah) telah memilih dua hari ini untuk selalu berpuasa sunah, dan itu tentu bukanlah pilihan yang asal-asalan. Dengan kata lain, tentu ada hikmah yang bisa ditemukan dibalik pemilihan Nabi SAW akan kedua hari ini. Berikut ini ada beberapa hal penting setidaknya dianggap menjadi hikmah, mengapa hari Senin dan kamis dipilih sebagai hari berpuasa oleh Nabi Muhammad SAW.

Hari Lahir dan Wafatnya Kekasih Allah, Muhammad SAW
Hari senin atau hari kedua dalam bulan Qamaryah ini, kalau dikaitkan dengan kejadian-kejadian yang berhubungan langsung dengan Nabi Muhammad SAW mugnkin momen yang bersejarah bagi baliau pastilah dikaitkan dengan masa kelahiran beliau. Dalam beberapa riwayat disebutkan,
Nabi SAW pernah ditanya tentang puasa Senin, Beliau bersabda, “itu adalah hari aku dilahirkan, diangkat menjadi Nabi, dan diturunkannya kepadaku Al-Quran (pertama kali)”. (HR Muslim dari Abu Qatadah Al-Anshari).
(Abu Qatadah) bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu tentang puasa Senin dan Kamis?” Rasulullah bersabda, “pada hari itu Aku dilahirkan dan Al-Quran diturunkan kepadaku (pertama kali).” (HR Abu Daud dari Abu Qatadah, Hadist sahih).
(Ibnu Abbas) berkata, “Nabi SAW dilahirkan pada hari Senin, diangkat menjadi Nabi pada hari Senin, melaksanakan hijrah dari Mekah ke Madinah pada hari Senin, sampai di Madinah pada hari Senin, Hajar Aswad diangkat kembali ketempaynya pada hari Senin juga.” (HR Ahmad dan Ibnu Abbas).

Hari Pelaporan Amal Ibadah
            Diantara hikmah pemilihan hari Senin dan Kamis sebagai hari berpuasa sunah adalah berkaitan dengan masa “penyetoran” atau “pemeriksaan” amal manusia ke hadirat Allah SWT. Sebagaimana yang terungkap dalam beberapa riwayat yang maqbul (diterima) berikut ini, Rasulullah SAW bersabda,
“Amal-amal perbuatan manusia dilaporkan dua kali dalam seminggu, yaitu hari Senin dan Kamis. Setiap orang yang beriman akan dapat ampunan Allah, kecuali orang yang diantara dirinya dan saudaranya ada perselisihan. Dikatakan, ‘Akhirkanlah (ampunan bagi) keduanya, sampai mereka berdamai’”.  (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Dalam sabda Rasulullah yang lain disebutkan,
“Amal-amal perbuatan manusia dilaporkan pada hari Senin dan Kamis. Aku senang kalau amalanku dilaporkan pada saat berpuasa”. (HR At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, hadist hasan gharib)
Sudah maklum jika dikatakan bahwa tujuan akhir puasa sebagai mana dalam Al-Quran adalah takwa,  
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah 183)

Hari Pembukaan Pintu Gerbang Surga
“Pintu-pintu surga akan dibukakan pada hari Senin dan Kamis. Semua hamba yang tidak melakukan syirik akan diampuni oleh Allah, kecuali ada orang yang memiliki rasa permusuhan dengan saudaranya. Dikatakan kepadanya, ‘tunda dulu ampunan bagi dua orang yang berselisih ini sampai keduanya berdamai, ‘tunda dulu ampunan bagi dua orang yang berselisih ini sampai keduanya berdamai, ‘tunda dulu ampunan bagi dua orang yang berselisih ini sampai keduanya berdamai’”. (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Hadist ini menunjukkan bahwa pintu-pintu surga dibukakan pada hari Senin dan Kamis. Hari Senin dan Kamis adalah dua hari dalam seminggu, bisa diperkirakan bahwa dalam satu bulan dua hari ini berjumlah masing-masing empat kali. Dalam perhitungan tahunnya, lebih kurang empat puluh empat kali peluang pintu-pintu Surga dibukakan oleh Allah bagi yang berpuasa Senin dan Kamis. Tentu dengan pengecualian bulan Ramadhan, karena sepanjang hari mulai Senin sampai dengan Minggu selama satu bulan penuh pintu-pintu Surga juga dibukakan, Nabi SAW bersabda:
“Jika bulan Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu”. (HR Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra)

Hari Yang Diberkahi Allah SWT
Hari Senin dan Kamis juga merupakan hari0hari yang dikenang dalam sejarah sebagai penuh berkah. Berkah umat Islam secara keseluruhan, maupun secara individual. Keberkahan yang diperoleh secara keseluruhan diantranya kesuksesan hijrah Nabi SAW ke Madinah Munawwarah bersam kaum Muslimin yang terjadi pada hari Senin, tepatnya pada tanggal 24 September 622 M, atau 14 Rabiul Awal dalam perhitungan bulan Qamariyah.
Peristiwa lain yang menjadi bukti keberkahan yang dirasakan oleh uma Islam pada hari Senin adalah Perang Badar. Perang ini terjadi tepatnya pada hari Senin di bulan Ramadhan 624 M. Keberkahan yang dirasakan oleh umat Islam saat itu adalah dengan pertolongan yang diberikan Allah dengan mengutus para Malaikat-Nya, untuk ikut menggetarkan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Kisah tentang pertolongan Allah terhadap pejuang-pejuang Badar ini diabadikan dalam Al-Quran:
123. sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, Padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.
124. (ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu Malaikat yang diturunkan (dari langit)?"
125. Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.
126. dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Adapun keberkahan yang diperoleh secara Individual, diantaranya adalah seperti:
-         -Berkah Nabi SAW sendiri, ketikan terkabulnya doa dan permohonan beliau setelah 3 hari, yang dimulai pada hari Senin.
“Nabi SAW berdoa (minta pertolongan kepada Allah) tiga kali di dalam Mesjid Al-Fath, yaitu pada hari Senin, Selasa, Rabu. Doa beliau baru terkabul saat antara dua Shalat pada hri Rabu. Hal ini diketahui dari keceriaan yang ada di wajah beliau. Jabir berkata, ‘tiada satu hal pun yang sulit bagiku, kecuali aku mencoba untul berdoa saat itu juga, dan akhirnya aku pun tahu diijabahnya doa tersebut’”. (HR Ahmad dari Abdullah bin Jabir ra, hadist hasan).
-         -Berkah keselamatan kepada Nabi SAW dan Abu Bakar dari ancaman pembunuhan, ketika keduanya bisa keluar dengan aman dari Mekah untuk melaksanakan Hijrah. Demikian juga ketika berda di Gua Tsur, dan bisa keluar dari Guauntuk menlanjutkan perjalanan ke Madinah bertepatan pada hari Senin.
-         Berkah “hidayah” yang diperoleh Umar Bin Khathab, sehingga beliau memeluk agama Islam pada hari Senin.
-         -Berkah bagi salah seorang sahabat Nabi SAW, karena mendapat pengajaran dari Nabi pada hari Senin tentang solusi dari satu persoalan “domestik” suami istri.
-         -Hari Senin dan Kamis adalah hari diciptakannya pepohonanan makhluk melata.
Rasulullah bersabda,
“Allah Azza wa jalla menciptakan tanah pada hari Sabtu, gunung-gunung pada hari Ahad, pepohonan hari Senin, kandungan bumi hari Selasa, cahaya hari Rabu, dihamparkan bintang-bintang hari Kamis, dan terakhir menjadikan Adam as setalah waktu sore dan akhir perhitungan waktu antara sore sampai malam di hari Jumat”. (HR Muslim dari Abu Hurairah)
-        - Abu Bakar berharap hari Senin hari terakhir baginya, seperti hal nya Nabi SAW,
(Aisyah ra) berkata: “Sesungguhnya Abu Bakar tatkala sudah mendekati ajalnya, berkata: ‘ini hari apa? ‘para sahabat menjawab, ‘Hari Senin’. ‘Jika aku meninggal pada malam ini, jangan menunggu untuk dikubur besok. Aku lebih suka kalau hari-hari dan malam-malam trakhir ku lebih mendekati hari-hari dan malam-malam terakhirnya Rasulullah SAW, ‘kata Abu Bakar”. (HR Ahmad dari Aisyah ra)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar